21 Oktober 2012

Novel Awesome Story Part II


AMAZING GIRL

Pelajaran pertama yang mungkin dapat membuat Allenta sedikit mengeluarkan senyumannya dan mungkin dapat membuat siswa-siswa lainnya mencoret-coret buku, berpikir kosong, dan menunduk lesu. MATEMATIKA. Selalu saja matematika. Pelajaran ini salah satu cara yang dapat membedakan antara orang yang dominan otak kirinya ataukah otak kanannya.
Salah satu yang menjadi kelebihan Allenta yakni keseimbangan otak kanan dan otak kirinya. Ia dapat menyelesaikan soal Matematika yang paling rumit tingkat perguruan tinggi dengan waktu  3 menit. Rekor yang saat ini belum bisa dipecahkan oleh mahasiswa perguruan tinggi. Kelebihan Allenta bukan hanya sebatas mengerjakan soal angka-angka. Ia juga pandai dalam bidang biologi dan fisika. Ia sering menemukan penemuan-penemuan yang jarang dilakukan oleh anak seumurannya. Tanaman obat, penanganan lingkungan hidup, bahkan ia dapat menciptakan revolusi sebuah mesin. Allenta juga dapat menggunakan otak tengahnya. Dengan mata tertutup, ia dapat mengetahui jawaban dari soal matematika tanpa melihat dan menghitungnya.
Banyak sekali bakat yang dimiliki Allenta. Sayangnya, penyaluran bakat itu tak kunjung membuahkan hasil karena sikapnya yang selalu cuek dan tertutup di sekolah. Kadang karena kegeniusannya, orang jadi salah paham dengan tingkah lakunya yang beda dari anak lain.
“Allenta.. “ sapa cowok misterius pembawa payung tadi.
“Iya.” Sahut Allenta singkat.
“Kau belum tahu namaku, kan ?” tanya cowok itu.
“Ehm..” desis Allenta.
“Aku bicara sama kau. Tolong dengarkan..” Cowok itu kelihatan kesal dengan tingkah Allenta.
“Iya. Aku dengerin.”
“Aku Axel. Jika kau ingin tahu siapa ketua kelas di sekolah ini, itu adalah aku. Jadi.. bagaimana dengan usulku tadi pagi ?” tanya Axel.
Allenta merobek selembar kertas di bukunya. Menuliskan beberapa kalimat dan menyodorkannya ke Axel.
Axel membaca tulisan itu dengan keras.
“AKU LAGI BADMOOD. KENAPA SEMUA SISWA DI KELAS INI SEPERTI TIDAK MENERIMA KEHADIRANKU ?”
Allenta yang mendengar kelakuan Axel yang dapat membuatnya dimarahi manusia satu kelas langsung merebut kertas itu. Dan menuliskan kalimat lagi.
HEY… KAU NGERASA GAK ? KAU DAPAT MEMBUATKU SEMAKIN DIKUCILKAN DI KELAS INI !!
Kini Axel membaca tulisan itu dalam hati. Dan ia mengerti. Ia kemudian merebut pena dari tangan Allenta dan menuliskan sebuah kalimat.
OK ! KAU HANYA PERLU MENDENGARKAN TIPS DAN TRIK-KU UNTUK MENAKHLUKKAN SEMUA ORANG-ORANG ITU. AKU SENIOR DI SINI. DAN AKU TAHU BETUL SIFAT-SIFAT MEREKA.
Allenta membacanya dan mengangguk sambil sedikit tersenyum. Axel ikut tersenyum karena dapat membuat murid baru sekaligus orang tercuek di kelas menjadi temannya.
                                                                   #
“Nah, kau tahu ? Dapat menjadi murid di Green Junior itu merupakan impian berjuta-juta orang. Ketika aku mendaftar di sekolah ini, butuh waktu 6 jam untuk mengantre. Karena apa? Beribu pendaftar datang secara bersamaan hari itu. Dan, yang terpilih hanya 200 siswa. Apa itu jumlah yang tidak mengecewakan ?” Kata Axel sambil menggiring Allenta melihat-lihat keadaan sekolah.
“Bagi yang terpilih, jumlah itu tidak mengecewakan. Karena mereka dapat sepuasnya mengekspresikan bakat mereka di sekolah ini. Semua ekstrakurikuler ada di sini.” Lanjutnya lagi.
Mereka terus berjalan. Dan menemukan segerombolan cewek-cewek yang sedang bergosip.
“Nah.. aku akan memperkenalkanmu dengan club K-popers. Club yang paling sering diminati oleh para cewek-cewek maupun cowok-cowok ( sepertinya).” Kata Axel.
“Hay Shera, Luna, Eva, Zee, Lim… “ sapa Axel ke gerombolan cewek-cewek itu.
“Annyeonghaseo, Axel…” sahut mereka kompak.
“Gue bawa murid baru, nih.. Kayaknya cocok berteman dengan kalian. Namanya Allenta.” Ujar Axel.
Shera, Luna, Eva, Zee dan Lim memperhatikan Allenta.
“Annyeonghaseo, Allenta …” sapa mereka.
“Monyongseo..” sahut Allenta.
Shera, Luna, Eva, Zee dan Lim hening sejenak sambil memonyongkan bibirnya masing-masing.
“Oh, ya! Korean drama kesukaanmu apa ?” tanya Lim.
“Korean drama ? Emm.. apa, ya ?” Allenta balik nanya.
Lim mendengus kesal. Sekarang, giliran Luna.
“Kau tahu Im Jae bum yang ada di dream high 2?”
“Penemu bom itu
Luna cekikikan mendengar jawaban Allenta.
“Idolamu di k-pop siapa?”
“Idola ? Emm.. Albert Einsteen.” Jawab Allenta.

Hujan masih mengguyur SMP Diamond Green. Namun, keasrian sekolah itu tetap terjaga. Dari bel masuk berbunyi hingga bunyi bel pulang, tak ada sampah yang terlihat satupun di sekitar sekolah itu.
Diamond Green Junior High School sebenarnya merupakan sekolah lama dengan model sekolah yang kelihatan modern. Ketika masa penjajahan Belanda dan Jepang dahulu, sekolah ini merupakan sekolah nomor satu di Indonesia. Dulu, sekolah ini hanya dipakai untuk keluarga kaya atau ningrat. Sekarang, semuanya sudah direnovasi. Tapi tanpa mengubah struktur klasiknya. Sampai sekarang, sekolah ini masih menjadi kebanggaan karena selalu mendapat banyak prestasi di setiap tahunnya.
Ketika bel pulang berbunyi, Axel kelihatan panik. Rupanya ada seorang laki-laki yang memanggilnya di depan pintu gerbang sekolah.
“Axel.. Ayo cepat ! Kita tidak punya banyak waktu. Konsernya sudah hampir selesai.” Teriak laki-laki yang seumuran dengan Axel.
Allenta yang berjalan di belakang Axel, tak sengaja mendengar apa yang dikatakan laki-laki itu. Siapa sebenarnya Axel ? Pikirnya. Apa dia anak band ?
Axel berlari menuju anak laki-laki itu. Dan berteriak..
“Di mana, Ri ? “ tanya Axel terengah-engah.
“Taman kota, Xel. Masih satu lagu lagi yang harus mereka bawakan. Cepat, Xel !! Ini kesempatanmu. Jangan kelewatan lagi.” Desak laki-laki yang ternyata bernama Ari, sahabat Axel yang juga sekolah di Diamond Green.
Axel dan Ari mengambil sepedanya, mengayuhnya cepat-cepat menuju taman pusat kota. Allenta masih berdiri di hadapan pintu gerbang. Memandangi Axel dan Ari dari kejauhan. Ia masih penasaran dengan apa yang dibicarakan mereka berdua. Bukan apa-apa. Hanya saja, semua band yang sedang manggung di taman kota itu adalah band didikan ayahnya. Apa jangan-jangan ?
Allenta masuk ke dalam mobil pribadinya. Ia memberitahu sopir untuk pergi ke tempat ayahnya sedang bekerja, yakni taman kota. Allenta menyuruh sopir untuk mengikuti Axel dan Ari.
Perjalanan yang cukup jauh untuk menuju pusat kota. Mengapa Axel dan Ari begitu semangat menuju taman itu. Apalagi hanya dengan menggunakan sepeda. Apa band didikan papanya Allenta itu salah satu idola mereka ? Atau jangan-jangan.. mereka juga termasuk band itu ?
 Allenta akhirnya sampai di taman kota. Begitupun dengan Axel dan Ari. Tapi, secepat kilat Axel berlari-lari menuju belakang panggung. Allenta mengikutinya. Axel menyerobot orang-orang dan masuk dengan paksa ke backstage
“Ka Rival …!!!” Teriak Axel. Ia kelihatan terengah-engah. Dan kau tahu ? Ia mengeluarkan air mata.
Seorang laki-laki yang kira-kira masih berumur 18 tahun menengok ke arahnya. Wajahnya memerah dengan setitik air mata. Namun, tiba-tiba laki-laki Itu pergi menjauh dari Axel.
“Ka…!! Tunggu, Ka..!!” teriak Axel lagi. Ia mengejar laki-laki itu.
Allenta yang dari tadi mengumpat dan mengintip kejadian itu di samping lemari rias, semakin heran. Ia ikut mengejar Ka Rival.
“Ka.. berhenti, Ka !! Aku mohon…” teriak Axel dengan airmata yang bercucuran.
Laki-laki itu berhenti dan membalikkan tubuhnya.
“Ka.. aku mohon dengan sangat kepada Kakak. Aku pengin Ka Rival pulang ke rumah. Aku sudah gak tahan sama sikap Ayah. Jadi, tolong, Ka. Tolong temani aku.” Pinta Axel.
“Maafkan, Kakak, Xel. Kakak gak bisa begitu saja meninggalkan impian Kaka. Ka Rival juga gak pengin membuat Ayah jatuh sakit lagi karena melihat kaka begini.” Kata Ka Rival. Ia kemudian pergi lagi. Axel tak kuasa mengejarnya. Ia kini hanya bisa terdiam kaku dengan airmata yang terus berjatuhan.
 Allenta tercengang. Tentu saja, karena ia tak menyangka, Ka Rival yang dulu ia kira seorang pengamen jalanan yang diangkat Papanya jadi anggota band itu adalah Kakaknya Axel.
Setelah Ka Rival pergi, Axel tiba-tiba jatuh pingsan. Allenta yang melihat kejadian itu, sontak keluar dari tempat persembunyiannya dan lari-lari menuju ke arah Axel. Orang-orang sekitar backstage segera menolong Axel. Axel pun di bawa ke rumah sakit. Allenta yang tadi mengatakan bahwa ia teman sekelas Axel, disuruh orang-orang untuk menemani Axel ke rumah sakit bersama dengan Ari.
#
Mobil ambulan mengeluarkan bunyi sirinenya. Ari yang tidak tahu-menahu dengan Allenta, menanyakan keberadaan Allenta di taman kota. Dan kebetulan sekali, jika kau bermasalah dengan Ari, jangan heran jika ia selalu menginterogasimu. Nah, apa yang kau kira ? Kau kira dia seorang detective conan ?
“Kau datang ke taman kota untuk apa ?” tanya Ari sambil memainkan Tablet PC-nya. Kau tahu ? Ari ini seorang penggemar gadget dan teknologi. Jika kau menanyakan seberapa canggih gadget yang ia punya, kau bisa mengetahui itu jika masuk ke dalam kamar tidurnya. Kamar tidur Ari bukan kamar tidur biasa. Di sana, kau akan menemukan LCD di mana-mana, kamera CCTV, komputer canggih, laptop berbagai merek, handphone dan pc berandroid, kamera lomo, PS 1, PS 2, I-Pad berbagai merek dan warna, serta Tablet Pc yang sering ia bawa ke mana saja. Berbagai DVD dan CD game juga ada. Hotspot tersedia tanpa password di kamar ini.
“Oh.. Jalan-jalan saja.” Jawab Allenta.
“Apa kau juga ingin menonton konser band itu?” tanya Ari.
“Oh.. Enggak. Aku hanya lewat.”
“Apa kau murid baru ? Aku  gak pernah melihatmu sebelumnya di Green Junior.”
“Iya. Aku murid baru. Apa kamu bisa diam ?” Allenta kesal dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting itu.
“Aku masih tak percaya, jika kau hanya lewat di konser itu. Apa kau mengganggapku bodoh ? Aku bisa memastikan kalau kau itu anak Pak Dalas, produser band Ka Rival. Benar, kan?”
Allenta melongo. Bagaimana bisa Ari mengetahui hal tersebut ? Sedangkan ia baru kenal dengan Ari. Apa Ari ini memang detective? Apa ia sedang menguntit semua tentang keluarganya ?
“Woyy… apa kau sedang menghayal, bermimpi, atau… sedang mencari alasan yang tepat untuk pertanyaanku ?” Tekan Ari. Allenta tak menjawabnya.
“Kalau kau tak mau memberikan alasan, oke biar aku yang memberikannya. Lihat info ini ! Kau anak Pak Dalas dan Bu Sinta. Kau lahir pada hari Rabu, 8 Oktober 1997. Prestasi yang di dapat, juara 1 olimpiade sains Matematika nasional, juara 2 olimpiade Sains Matematika se-Asia, juara 1 berturut-turut selama sekolah, mendapat penghargaan sebagai ilmuwan cilik, dan 27 penghargaan lagi yang gak bisa disebutin.” Kata Ari membaca sebuah situs di tablet pc-nya.
“Ya ampun… apa kau sedang membaca profilku ?” tanya Allenta kaget sambil menyerobot tablet Ari.
“Hey.. kembalikan punyaku !!” Ari berontak dan merebut tabletnya.
“Cukup !! Aku menyerah. Aku memang anak Pak Dalas dan aku membuntuti kalian setelah pulang sekolah tadi. Aku tak bermaksud apa-apa. Hanya…. “ Kata-kata Allenta terputus ketika Axel tiba-tiba sadar.
“Hey, Allenta ? Mengapa kau ada di sini ?” Axel terkejut melihat keberadaan Allenta.
“Dia penguntit ! Kau tahu ?” Jawab Ari.
Allenta terdiam. Ia memang tak bisa berkata apa-apa lagi. Mungkin, memang ia harus mengakui kesalahannya.
“Ri, jika kau temanku, tolong bicaralah yang sopan kepadanya. Kau tak akan percaya jika kau mengetahui semua kebaikan keluarganya.” Ujar Axel sedikit tertatih-tatih karena masih pusing.
“Apa yang kau bicarakan ? Mengapa kau membelanya ? Bukankah ia sudah mencampuri urusan pribadimu ? Ia sengaja mengikuti kita ke taman kota.” Ujar Ari.
“Bisakah kalian tidak berdebat di sini ? Terlalu banyak orang sakit di sini. Perdebatan kalian hanya akan membuat mereka yang sakit akan menjadi stress.” Allenta mencoba menengahi.
“Ya.. ya..ya Aku tahu ! Kau suka dengan Allenta, kan ? Tentu saja kau akan membelanya, Xel ” Ujar Ari dengan senyuman kecut.
“Jangan banyak omong kosong, Ri. Aku hanya tak ingin kau salah paham dengannya.” kata Axel.
“Sudahlah..  ini memang salahku. Tak seharusnya aku membuntuti kalian. Tak seharusnya aku mencampuri urusan kalian. Sebaiknya, aku pergi ..” Aku Allenta. Ia berjalan perlahan dengan kepala tertunduk. Terlihat, sopir Allenta menunggu di luar pintu. Allenta berlari menuju mobilnya. Axel berusaha bangun dan mengejar Allenta.
“Tunggu, Len… Allenta, tunggu !” teriaknya.
Allenta berhenti berlari, ketika jasnya ditarik Axel.
“Lupakan tentang omongan Ari. Dan lupakan juga semua yang kau lihat tentang aku dan Ka Rival di taman kota tadi.” Ujar Axel.
Allenta diam dan pergi ketika Axel mengucapkan kata terakhir dari kalimatnya.

-----------------------------------------------------
to be continued....... 
This entry was posted in

4 komentar:

  1. Keren... Rame ceritanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe... thanks :)
      Minta izin ngambil nama Axel lah..:D

      Hapus
  2. Kayaknya asyik nih cerpen..
    gud luck :D

    BalasHapus
  3. Lanjut dong, kak ..
    Aku gak sabar nih, nunggu kelanjutannya XD

    BalasHapus

NO HARSH WORDS
please, don't SPAM here!
I'll reply if I didn't busy -.-