20 Oktober 2012

Novel Awesome School Part I

❤ Good Morning ◕‿◕ Afternoon ❤ Evening ღ Night ◕‿◕




hello again...
rasanya, gw pernah nge-post tentang novel baru gw, kan..
nah, kali ini gw mau nepatin janji mempublikasikan novel baru gw..
Ini masih part I nya... 



NEW SCHOOL NEW TROUBLE


Matahari yang  baru terbit masih saja dapat membakar kulit. Saking panasnya bumi sehingga membuat iklim dan cuaca mulai tak beraturan. Panasnya cuaca membuat rumput hias yang betuliskan ALLENTA di tepi kolam ikan semakin kering. Di keliling kolam ditanami bunga magnolia ungu yang begitu mencolok. Sungguh indah taman di sekitar kolam itu. Jika kita berpindah sedikit ke arah depan kolam, kita akan menemukan sebuah rumah besar dan mewah yang dindingnya dilapisi kaca tembus pandang.
Selain itu, kau akan melihat betapa indahnya surga bunga di halamannya. Bunga di sana mungkin merupakan salah satu bunga favorit kalian, seperti mawar, tulip, anggrek, aster, melati, kenanga, dan ada juga sakura.
“Mama… Allen gak mau jadi murid baru.” Rengek seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Berkulit putih dengan rambut lurus sebahu.
“Allen.. Masak kau kalah sama adikmu. Dia saja semangat jadi murid baru.” Ujar mama menasihati. Beliau berusaha menyelesaikan pekerjaannya menyiapkan makanan sebelum jam 8 tepat. Beliau memang sibuk, karena mungkin memang begitulah seorang politikus.
“Tapi, Ma… Apa Mama gak pernah ngerasain bagaimana jadi pusat perhatian orang. Disenyumin saja, sih masih untung. Ini pake nanya-nanyain yang gak penting. Aku udah bosan, Ma, jadi murid baru melulu.” Allenta bicara dengan mulut penuh roti.
“Mama sering, lho, rasain seperti itu. Semenjak SD, kakekmu pindah rumah melulu. Alasannya, karena, yah.. keamanan yang kurang. Terus, kau mau gimana ? Kan kau sendiri yang pilih sekolah di sana.”
“Ma.. Kok, Mama pintar banget,sih,merayunya.” Allenta mulai mengerti apa yang mamanya ucapkan. Intinya, ya.. mau gimana lagi ? Inikan sudah kelas 3 SMP.
“Ya udah, Ma. Tolong doa’in Allen supaya gak di bully, ya. Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikum Salam.” Sahut Mama.
Allen pergi dengan senyuman kecut. Sang mama tiba-tiba kaget saat melihat anak bungsunya masih pakai piyama.
“Hoaamm.. Ma.. Aku harus sekolah, ya? Sekolahnya sama Kakak ? Pakai seragam SMP, nih, Ma?” Tanyanya ceria.
“Lho ?! Iya, dong. Kenapa gak siap-siap ?” tanya mama.
“Aku deg-deg an, Ma. Gimana rasanya jadi murid SMP ? Asyik gak, Ma ? ” tanyanya balik.
“Lah ? Marvel.. Marvel… Masih saja seperti anak kecil. Ingat, Vel. Kau sudah remaja. Jadi harus siap jalani hal yang mungkin baru kau temui. Dan bersikaplah menjadi orang yang konsekuen. OK ? Cepat siap-siap ! Mama sama Papa mau berangkat.” Ujar Mama. Persis seperti yang dibilang Allenta, mamanya memang sangat berbakat jadi penasihat.
                                                                   #
“Marvel…  Cepat !! Nanti terlambat.” Teriak papa yang sudah siap di dalam mobil.
“Iya, Pa ! “ Sahut Marvel lari-lari menuju halaman rumah.
“Ma.. aku cocok gak pake baju seragam ini ? Ah, ini terlalu keren untukku.” Ujarnya mencoba membuat dua senyuman di wajah kedua orangtuanya.  Mereka pun berangkat.
                                                       #
Seiring berangkatnya papa, mama, dan juga Marvel.  Allenta yang tadi pagi berangkat duluan bersama sopir pribadi sudah sampai di pintu gerbang Diamond Green Junior High School. Mungkin kalian penasaran dengan keadaan lingkungan sekolah itu ? Oke, mari kita bahas.
Allenta masuk ke dalam halaman sekolah yang penuh dengan bunga tulip dan sakura. Jika kau melihat langsung keadaan sekolah ini, mungkin tiba-tiba kau akan berusaha mengingat-ingat sebuah tempat dan timbul di benak kalian tempat yang sangat indah yakni taman bunga di Jepang. Haha. Right ! Sebenarnya, sekolah ini kurang relevan jika dikatakan dengan sekolah. Yah.. tepatnya, kalian akan menyebutnya ‘flower garden.’ Walaupun disebut dengan surga bunga, tentu saja kalian akan berjalan di jalan aspal. Karena bunga-bunga di sana dilindungi hak cipta (wow.. emang bisa?). Yang jelas, tidak boleh ada yang menginjak apalagi memetik bunga-bunga di sana.  
Pohon-pohon hijau yang rimbun juga ikut measrikan halaman sekolah itu. Di setiap kelas halaman depan kelas, kalian pasti akan menemukan taman bunga kresi siswa sendiri. Di sekolah ini tidak memiliki lantai dua, semua ruangan hanya ada di lantai bawah karena wilayahnya yang sudah sangat luas. Itu saja masih bisa ditambah dengan satu lapangan sepakbola (sepakbola, lho. Bukan Futsal). Allenta duduk sebentar di kursi taman itu sambil menunggu bel masuk berbunyi.
Ia melihat manusia-manusia berseragam hijau hitam. Sesuai dengan nama sekolah ‘Diamond Green Junior High School’ maka seragamnya juga bertemakan warna hijau. Matanya berlari-lari melihat para siswa laki-laki memakai jas warna hijau berlambang diamond dengan celana panjang warna hitam. Sedangkan siswi perempuan memakai jas yang sama dengan laki-laki. Bedanya, para cewek memakai rok (sudah aturan dari dulu, kali). Sepatu dan tas mereka pun seragam, yakni tas warna hitam dengan pattern warna papan catur. Sedangkan sepatu bertekstur jeans dan pattern-nya juga jeans.
“Iya, sih, aku yang pilih sekolah di sini karena keadaan sekolahnya yang sangat asri. Tapi, aku kan gak tahu keadaan siswa-siswa di sini. Pasti hampir sama dengan kelakuan siswa-siswa resek dua tahun lalu. Masak sambutan murid baru dikurung di WC ?” Gumamnya sambil memandangi gumpalan awan hitam di langit. Sebentar lagi hujan akan turun. Padahal, beberapa jam yang lalu, cuaca masih cerah.
“Masa, sih ?” Tiba-tiba saja ada seorang anak cowok yang salah sambung. Allenta menengok ke arah cowok itu.
“Kau pikir murid baru itu selalu dikerjain ?” Tanyanya.
“Yah, memang itu yang selama ini aku ketahui. Sudah lima kali aku jadi murid baru. Dan terbukti, hari pertamaku  masuk sekolah selalu sial.” Sahut Allenta.
“Makanya ! Jadi murid baru itu jangan lemot. Harus berani, dong ! Lawan, kek !” Ujar cowok dengan postur tubuh tinggi, berkulit cerah, dan mata agak sipit itu.
“Kau siapa, sih ? Ikut campur segala. Emangnya kau pernah dikerjain ?” Allenta sewot.
“Enggak, tuh. Malah aku yang sering ngerjain orang.” Ujar cowok itu.
“Termasuk aku ? “ Tanya Allenta takut.
“Yah, kalau kau lemot dan gak berani melawan. Are you ?” Cowok itu seperti menakut-nakuti Allenta.
“Jadi, aku harus berani dan bersikap dingin ?” tanya Allenta.
“Terserah kau. Kalau kau bisa.” Sahut cowok itu angkuh.
Allenta mangut-mangut dan berpikir perkataan cowok itu terlalu beresiko.
“Kau gak tau, kan ? Aku itu siswi pendiam, tapi gak pendiam amat, sih. Tepatnya selalu cuek dan jutek. Aku gak punya teman karena sikap itu. Bagaimana bisa aku melawan ?” Tanya Allenta mulai putus asa.
“Karena itulah, Aku akan mengajarimu menjadi pemberani, ramah, dan pastinya punya banyak teman.” Ujar cowok itu.
“Apa kau bisa dipercaya ? Aku gak yakin orang yang suka jail bisa jadi pengajar begituan.” Ujar Allenta.
“Kalau aku pikir, kau itu orang yang mudah diajarin.  Iya, kan ? “ Tanya cowok itu. Allenta diam sambil memonyongkan bibirnya.
“Aku anggap jawabannya ‘iya’. Jadi, guru sebodoh dan sejail sekalipun bisa mengajari kau.” Ujar cowok itu percaya diri.
“Lah.. Jangan-jangan kau orang pertama yang nge-bully­  aku ?” Tanya Allenta panik.
“Oke..Oke.. Memang perlu bukti, nih. Kalau begitu, aku mau lihat kemampuanmu melawan anak geng jail di sini dulu. Kalau kau bisa bertahan, oke, aku acungi jempol.” Ujar cowok itu.
“Yah terserah ! Aku memang tidak percaya sama kau.” Ujar Allenta.
Keadaan langit semakin mendung. Semenit kemudian hujan deras turun bersamaan dengan berbunyinya bel masuk.
“Oh ya ! Kau kelas berapa ?” tanya cowok itu.
“Kelas A3.1 ” sahut Allenta langsung pergi menuju kelas di hadapan kursi taman yang tadi ia tempati.
“Lho ?! Kok ke situ ? Kelas A3.1 di pojok sana.” Ujar cowok itu. Allenta kaget.
“Hah.. bukannya ini kelas A3.1 ?” tanya Allenta.
“Adooh… Ini kelas A3.7 Lihat betul-betul. Itu catnya terhapus sedikit.” Sahut cowok itu.
“Yah.. Gimana, dong ? Aku gak bawa payung. Gimana mau ke kelas pojok sana ? Mana jauh lagi.” Allenta mengeluh.
“Haduh.. Jadi cewek gak terampil banget, sih ! Umbrella must bring !” Bentak cowok itu.
“Ya udah. Pakai payungku. Ini !” Lanjutnya lagi sembari menyerahkan payung.
“Terus kau ?”
“Gak papa. Lady first, kan ?” ujar Cowok itu.
“Gak ada hubungannya kalau keadaannya kayak gini. Sama-sama aja, deh. “ Ujar Allenta.
Allenta dan cowok misterius itu pun pergi ke kelasnya. Dan ternyata, kelas mereka sama !
                                                       #
Hello everybody.. There is a new student. Please, introduce your self, Miss.” Ujar Miss Carla, wali kelas A3.1 mempersilakan.
Hi, all… Perkenalkan ! Nama saya Anneta Allentanisya Jackqueline. Panggil saya Allenta. Saya pindahan dari Athena Boarding School.” Allenta melakukan perkenalan singkat dan ia kelihatan kecewa. Mungkin karena ekspresi siswa di kelas itu begitu dingin.
Oh, honey… No problem. Kau hanya harus beradaftasi dengan mereka.” Ujar Miss Carla.
Allenta dipersilakan duduk di sebelah cewek berpenampilan seperti cowok yang terlalu….  Sulit ditebak.
Excuse me, Miss.” Ujar Allenta sambil duduk di sebelah cewek itu.
Hello, Allenta ! Kau berani duduk di sebelahku ? Oh.. Hanya kau yang berani melakukan itu.” Ujar cewek tomboy.
“Tentu saja. Kau kelihatan bersahabat.” Sahut Allenta santai.
“Apa kau tidak tahu ? Aku pernah membuat anak cowok lumpuh karena berani duduk di sebelahku.” Ujar cewek itu.
Allenta meneguk liur sejenak dan ia bergumam.
“OMG..!! This is a big trouble !!!”



To be continued.......................

0 Comment:

Posting Komentar

NO HARSH WORDS
please, don't SPAM here!
I'll reply if I didn't busy -.-