❤ Good Morning ◕‿◕ Afternoon ❤ Evening ღ Night ◕‿◕
hello again...
rasanya, gw pernah nge-post tentang novel baru gw, kan..
nah, kali ini gw mau nepatin janji mempublikasikan novel baru gw..
Ini masih part I nya...
NEW SCHOOL NEW TROUBLE
Matahari yang baru terbit masih saja dapat membakar kulit.
Saking panasnya bumi sehingga membuat iklim dan cuaca mulai tak beraturan.
Panasnya cuaca membuat rumput hias yang betuliskan ALLENTA di tepi kolam ikan
semakin kering. Di keliling kolam ditanami bunga magnolia ungu yang begitu
mencolok. Sungguh indah taman di sekitar kolam itu. Jika kita berpindah sedikit
ke arah depan kolam, kita akan menemukan sebuah rumah besar dan mewah yang
dindingnya dilapisi kaca tembus pandang.
Selain itu, kau akan melihat
betapa indahnya surga bunga di halamannya. Bunga di sana mungkin merupakan salah
satu bunga favorit kalian, seperti mawar, tulip, anggrek, aster, melati,
kenanga, dan ada juga sakura.
“Mama… Allen gak mau jadi
murid baru.” Rengek seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Berkulit putih
dengan rambut lurus sebahu.
“Allen.. Masak kau kalah
sama adikmu. Dia saja semangat jadi murid baru.” Ujar mama menasihati. Beliau
berusaha menyelesaikan pekerjaannya menyiapkan makanan sebelum jam 8 tepat.
Beliau memang sibuk, karena mungkin memang begitulah seorang politikus.
“Tapi, Ma… Apa Mama gak
pernah ngerasain bagaimana jadi pusat perhatian orang. Disenyumin saja, sih
masih untung. Ini pake nanya-nanyain yang gak penting. Aku udah bosan, Ma, jadi
murid baru melulu.” Allenta bicara dengan mulut penuh roti.
“Mama sering, lho, rasain
seperti itu. Semenjak SD, kakekmu pindah rumah melulu. Alasannya, karena, yah..
keamanan yang kurang. Terus, kau mau gimana ? Kan kau sendiri yang pilih
sekolah di sana.”
“Ma.. Kok, Mama pintar
banget,sih,merayunya.” Allenta mulai mengerti apa yang mamanya ucapkan.
Intinya, ya.. mau gimana lagi ? Inikan sudah kelas 3 SMP.
“Ya udah, Ma. Tolong doa’in Allen
supaya gak di bully, ya.
Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikum Salam.” Sahut
Mama.
Allen pergi dengan senyuman
kecut. Sang mama tiba-tiba kaget saat melihat anak bungsunya masih pakai
piyama.
“Hoaamm.. Ma.. Aku harus
sekolah, ya? Sekolahnya sama Kakak ? Pakai seragam SMP, nih, Ma?” Tanyanya
ceria.
“Lho ?! Iya, dong. Kenapa
gak siap-siap ?” tanya mama.
“Aku deg-deg an, Ma. Gimana
rasanya jadi murid SMP ? Asyik gak, Ma ? ” tanyanya balik.
“Lah ? Marvel.. Marvel…
Masih saja seperti anak kecil. Ingat, Vel. Kau sudah remaja. Jadi harus siap
jalani hal yang mungkin baru kau temui. Dan bersikaplah menjadi orang yang
konsekuen. OK ? Cepat siap-siap ! Mama sama Papa mau berangkat.” Ujar Mama.
Persis seperti yang dibilang Allenta, mamanya memang sangat berbakat jadi
penasihat.
#
“Marvel… Cepat !! Nanti terlambat.” Teriak papa yang
sudah siap di dalam mobil.
“Iya, Pa ! “ Sahut Marvel
lari-lari menuju halaman rumah.
“Ma.. aku cocok gak pake
baju seragam ini ? Ah, ini terlalu keren untukku.” Ujarnya mencoba membuat dua
senyuman di wajah kedua orangtuanya.
Mereka pun berangkat.
#
Seiring berangkatnya papa,
mama, dan juga Marvel. Allenta yang tadi
pagi berangkat duluan bersama sopir pribadi sudah sampai di pintu gerbang
Diamond Green Junior High School. Mungkin kalian penasaran dengan keadaan
lingkungan sekolah itu ? Oke, mari kita bahas.
Allenta masuk ke dalam
halaman sekolah yang penuh dengan bunga tulip dan sakura. Jika kau melihat
langsung keadaan sekolah ini, mungkin tiba-tiba kau akan berusaha
mengingat-ingat sebuah tempat dan timbul di benak kalian tempat yang sangat
indah yakni taman bunga di Jepang. Haha. Right
! Sebenarnya, sekolah ini kurang relevan jika dikatakan dengan sekolah. Yah..
tepatnya, kalian akan menyebutnya ‘flower
garden.’ Walaupun disebut dengan surga bunga, tentu saja kalian akan
berjalan di jalan aspal. Karena bunga-bunga di sana dilindungi hak cipta (wow..
emang bisa?). Yang jelas, tidak boleh ada yang menginjak apalagi memetik
bunga-bunga di sana.
Pohon-pohon hijau yang
rimbun juga ikut measrikan halaman sekolah itu. Di setiap kelas halaman depan
kelas, kalian pasti akan menemukan taman bunga kresi siswa sendiri. Di sekolah
ini tidak memiliki lantai dua, semua ruangan hanya ada di lantai bawah karena
wilayahnya yang sudah sangat luas. Itu saja masih bisa ditambah dengan satu
lapangan sepakbola (sepakbola, lho. Bukan Futsal). Allenta duduk sebentar di
kursi taman itu sambil menunggu bel masuk berbunyi.
Ia melihat manusia-manusia
berseragam hijau hitam. Sesuai dengan nama sekolah ‘Diamond Green Junior High
School’ maka seragamnya juga bertemakan warna hijau. Matanya berlari-lari
melihat para siswa laki-laki memakai jas warna hijau berlambang diamond dengan celana panjang warna
hitam. Sedangkan siswi perempuan memakai jas yang sama dengan laki-laki.
Bedanya, para cewek memakai rok (sudah aturan dari dulu, kali). Sepatu dan tas
mereka pun seragam, yakni tas warna hitam dengan pattern warna papan catur. Sedangkan sepatu bertekstur jeans dan pattern-nya juga jeans.
“Iya, sih, aku yang pilih
sekolah di sini karena keadaan sekolahnya yang sangat asri. Tapi, aku kan gak
tahu keadaan siswa-siswa di sini. Pasti hampir sama dengan kelakuan siswa-siswa
resek dua tahun lalu. Masak sambutan murid baru dikurung di WC ?” Gumamnya
sambil memandangi gumpalan awan hitam di langit. Sebentar lagi hujan akan
turun. Padahal, beberapa jam yang lalu, cuaca masih cerah.
“Masa, sih ?” Tiba-tiba saja
ada seorang anak cowok yang salah sambung. Allenta menengok ke arah cowok itu.
“Kau pikir murid baru itu
selalu dikerjain ?” Tanyanya.
“Yah, memang itu yang selama
ini aku ketahui. Sudah lima kali aku jadi murid baru. Dan terbukti, hari
pertamaku masuk sekolah selalu sial.”
Sahut Allenta.
“Makanya ! Jadi murid baru
itu jangan lemot. Harus berani, dong ! Lawan, kek !” Ujar cowok dengan postur
tubuh tinggi, berkulit cerah, dan mata agak sipit itu.
“Kau siapa, sih ? Ikut
campur segala. Emangnya kau pernah dikerjain ?” Allenta sewot.
“Enggak, tuh. Malah aku yang
sering ngerjain orang.” Ujar cowok itu.
“Termasuk aku ? “ Tanya Allenta
takut.
“Yah, kalau kau lemot dan
gak berani melawan. Are you ?” Cowok
itu seperti menakut-nakuti Allenta.
“Jadi, aku harus berani dan
bersikap dingin ?” tanya Allenta.
“Terserah kau. Kalau kau
bisa.” Sahut cowok itu angkuh.
Allenta mangut-mangut dan
berpikir perkataan cowok itu terlalu beresiko.
“Kau gak tau, kan ? Aku itu siswi
pendiam, tapi gak pendiam amat, sih. Tepatnya selalu cuek dan jutek. Aku gak
punya teman karena sikap itu. Bagaimana bisa aku melawan ?” Tanya Allenta mulai
putus asa.
“Karena itulah, Aku akan
mengajarimu menjadi pemberani, ramah, dan pastinya punya banyak teman.” Ujar
cowok itu.
“Apa kau bisa dipercaya ?
Aku gak yakin orang yang suka jail bisa jadi pengajar begituan.” Ujar Allenta.
“Kalau aku pikir, kau itu
orang yang mudah diajarin. Iya, kan ? “
Tanya cowok itu. Allenta diam sambil memonyongkan bibirnya.
“Aku anggap jawabannya
‘iya’. Jadi, guru sebodoh dan sejail sekalipun bisa mengajari kau.” Ujar cowok
itu percaya diri.
“Lah.. Jangan-jangan kau
orang pertama yang nge-bully aku ?” Tanya Allenta panik.
“Oke..Oke.. Memang perlu
bukti, nih. Kalau begitu, aku mau lihat kemampuanmu melawan anak geng jail di
sini dulu. Kalau kau bisa bertahan, oke, aku acungi jempol.” Ujar cowok itu.
“Yah terserah ! Aku memang
tidak percaya sama kau.” Ujar Allenta.
Keadaan langit semakin mendung.
Semenit kemudian hujan deras turun bersamaan dengan berbunyinya bel masuk.
“Oh ya ! Kau kelas berapa ?”
tanya cowok itu.
“Kelas A3.1 ” sahut Allenta
langsung pergi menuju kelas di hadapan kursi taman yang tadi ia tempati.
“Lho ?! Kok ke situ ? Kelas A3.1
di pojok sana.” Ujar cowok itu. Allenta kaget.
“Hah.. bukannya ini kelas
A3.1 ?” tanya Allenta.
“Adooh… Ini kelas A3.7 Lihat
betul-betul. Itu catnya terhapus sedikit.” Sahut cowok itu.
“Yah.. Gimana, dong ? Aku
gak bawa payung. Gimana mau ke kelas pojok sana ? Mana jauh lagi.” Allenta
mengeluh.
“Haduh.. Jadi cewek gak
terampil banget, sih ! Umbrella must
bring !” Bentak cowok itu.
“Ya udah. Pakai payungku.
Ini !” Lanjutnya lagi sembari menyerahkan payung.
“Terus kau ?”
“Gak papa. Lady first, kan ?” ujar Cowok itu.
“Gak ada hubungannya kalau
keadaannya kayak gini. Sama-sama aja, deh. “ Ujar Allenta.
Allenta dan cowok misterius
itu pun pergi ke kelasnya. Dan ternyata, kelas mereka sama !
#
“Hello everybody.. There is a new student. Please, introduce your self,
Miss.” Ujar Miss Carla, wali kelas A3.1 mempersilakan.
“Hi, all… Perkenalkan ! Nama saya Anneta Allentanisya Jackqueline.
Panggil saya Allenta. Saya pindahan dari Athena Boarding School.” Allenta
melakukan perkenalan singkat dan ia kelihatan kecewa. Mungkin karena ekspresi
siswa di kelas itu begitu dingin.
“Oh, honey… No problem. Kau hanya harus beradaftasi dengan mereka.”
Ujar Miss Carla.
Allenta dipersilakan duduk
di sebelah cewek berpenampilan seperti cowok yang terlalu…. Sulit ditebak.
“Excuse me, Miss.” Ujar Allenta sambil duduk di sebelah cewek itu.
“Hello, Allenta ! Kau berani duduk di sebelahku ? Oh.. Hanya kau
yang berani melakukan itu.” Ujar cewek tomboy.
“Tentu saja. Kau kelihatan
bersahabat.” Sahut Allenta santai.
“Apa kau tidak tahu ? Aku
pernah membuat anak cowok lumpuh karena berani duduk di sebelahku.” Ujar cewek
itu.
Allenta meneguk liur sejenak
dan ia bergumam.
“OMG..!! This is a big trouble !!!”
To be continued.......................
0 Comment:
Posting Komentar
NO HARSH WORDS
please, don't SPAM here!
I'll reply if I didn't busy -.-