My ShortStory,,, |
G |
erimis hujan membasahi tubuh gadis mungil di Stasiun Tugu. Pakaiannya yang tebal tak membuatnya kedinginan. Namun, apakah yang sedang ditunggunya di Stasiun itu.
Dari kejauhan terdengar teriakan seseorang, “Vella….!!”.
Gadis mungil yang bernama Vella itu pun memalingkan mukanya. Setelah ia melihat sosok yang memanggilnya , ia tiba-tiba terkejut dan langsung lari pergi dari stasiun itu. Apakah yang sedang dipikirkan Vella sehingga ia panik melihat seorang wanita yang penuh dengan perhiasan itu menghampirinya.
Vella lari sekencang kilat untuk menghindari wanita itu. Sampai di persimpangan jalan, ia berhenti sejenak.
“Huuhh.. Hampir saja. Kalau tidak pasti aku sudah dicincangnya kayak sate.” Batinnya.
Vella merupakan anak tunggal dari seorang konglomerat yang menikah 2 kali. Vella merupakan anak pertama dari istri pertama yang telah bercerai 5 tahun silam. Ibu Vella pergi dari rumah karena tidak mau dimadu. Sementara ayahnya Vella tidak punya pilihan selain menikahi wanita yang kini menjadi istri keduanya itu karena perusahaannya sedang dilanda kebankrutan. Berkat Pengadilan, akhirnya Vella di asuh oleh ayahnya. Namun tak disangka, kehidupan Vella yang semula penuh dengan canda tawa bersama ibu kandungnya, kini berubah menjadi penjara bersama dengan ibu tirinya. Bagaimana tidak, Vella selalu dilarang ibu tirinya pergi ke luar rumah hanya untuk jalan-jalan bersama temannya. Jangankan untuk jalan-jalan, sekedar untuk bertemu dengan sahabat di samping rumahnya saja tidak boleh. Vella merasa sangat kesepian dan tidak betah lagi di rumah itu, sehingga diam-diam ia kabur dan pergi ke stasiun untuk menemui ibunya. Vella pernah mengatakan semua perlakuan ibu tirinya itu kepada ayahnya. Ayahnya pun percaya dengan semua itu. Namun, ayahnya tidak dapat berbuat apa-apa, karena nasib perusahaan ada ditangan ibu tirinya itu.
Di persimpangan jalan, Vella merenungkan kehidupannya yang dulu. Bersama dengan ibunya tercinta. Ingin rasanya Vella cepat-cepat pergi dari kota ini dan bahagia bersama ibunya. Di tengah lamunannya, ia mendengar teriakan seseorang dari belakang. Orang itu kemudian menepuk bahunya. Ternyata ia adalah Winda sahabatnya Vella .
“ Vella..”
“ Eh, Winda”
“Kok bengong.. Ada masalah lagi ,ya?? Pasti sama nenek sihir itu lagi,kan?!”
“Ya iyalah. Sama siapa lagi gue punya masalah selain sama dia..”
“ Hahaha.. Emm,, tentang apalagi, nih?”
“ Lho kok ketawa. Bantuin,kek.. Biar gue gak stress.”
“Iya...iya.. Tapi tentang apa, nih?”
“ Itu, lho. Nenek sihir itu tau kalau gue tadi di stasiun. Padahalkan gue mau pergi nemuin ibu gue. Eh.. tau-tau dia datang dan langsung ngejar gue. Ia gue langsung lari secepat kilat ke sini. Eh.. Tunggu. Tapi lo tumben jalan.
“ Gue sih ogah juga jalan. Tapi papah gue ada urusan tuh sama rekannya. Ngebicarain tentang tujuan sekolah gue nanti kalau lulus SMP. Katanya sih mau di sekolahin di Singapur.”
“ Apa…?? Lo mau sekolah di Singapur.. Terus..terus.. Lo mau ?”
“ Ya, gue sih terserah aja. Yang penting, gak ngitemin kulit gue yang putih ini.”
“ Win..Win.. yang ada dipikiran lo itu cuma ngurusin kecantikaan aja, ya. Tapi gue mau minta bantuan lo, nih. Gue mau ketemu sama mamah gue. Ia tinggal di Singapur juga. Kalo Boleh, gue mau sekolah di Singapur juga. Sekalian buat melarikan diri dari nenek sihir itu. Alasan sekolah itu, kan oke juga. Biar dia gak curiga.”
“Wahh.. Bagus juga, tuh. Sekalian buat nemenin gue di Singapur. Wahh.. Simbiosis mutualisme, nih”
“Jadi,,, ?”
“Ya.. Nanti gue urusin sama papa gue.”
“Makasih banget, ya, Win. Lo memang sahabat terbaik gue.”
“Santai, aja, Vell.”
Hari demi hari telah berlalu, hingga masa kelulusan Vella tiba.
“Vella… Gue lulus…!!! Teriak Winda yang kegirangannya setinggi langit. Vella yang sedang mencari namanya di majalah dinding kelulusan terkejut dibuatnya.
“ Ya Ampun…Winda!! Jantung gue hampir meledak tau.”
“ Ya,,Sorry. Abisnya gue seneng banget tau. Akhirnya gue jadi murid putih abu-abu. Hahaha…”
“ Biasa aja, kale!”
“ Gimana..? Lo lulus gak??”
“Iya,nih. Gak ada nama gue”
“ Yang bener?! Jangan-jangan lo gak lulus?!”
“Jangan sampe. Lo nakutin aja. Mending bantuin gue nyari.”
“Okey..Okey..Gue bantuin.”
“Vella Aprilia…kok gak ada.” Rintih Vella.
“ Yang ada Cuma Velia Aprilia..”
“ Mana.. Mana..?!”
“Tuh…!” Ucap Winda sambil menunjukkan ke selembar kertas”
“ Wah.. Pasti orangnya salah tulis,nih! “
“Iya. Ini nama lo kali !”
“ Kalau bener ini nama gue, berarti gue lulus.. Yeee!”
“ Yahh.. Kegirangan juga kan dia! “
“ Akhirnya gue bisa jauuuuuhhhh…jauuuuhhh dari nenek sihir dan pergi ke Singapur.”
“ Horeeee!! Merdeka!!!”
“ Win,, nanti kabarin gue,ya, kalau gue diterima!”
“Siipp…Boss!!!”
“Horeee… Merdekaaa!” Ucap mereka serentak
Hari libur merupakan hari yang paling disenengi semua orang. Terkecuali Vella. Baginya hari libur merupakan hari dimana ia ditahan di penjara yang amat menyeramkan di dunia. Hari-harinya dilalui dengan penuh kebosanan. Sampai di suatu hari ada sms dari Winda yang berformat “PENTING”.
Vella bergegas membuka sms itu.
Vell…
Gw puxa kbr b”ik .
Lo d’trima di SMA Singapur..
Setelah membaca sms itu, Vella langsung meloncat-loncat di atas kasurnya yang empuk dan berteriak-teriak kegirangan. Sehingga membuat ibu tirinya merasa geram.
“ Vellaaaa… Berhenti…!!!” Teriak ibu tiri Vella. Vella langsung terdiam.
“Kamu tau, nggak?! Kasur itu mahal harganya. Terus kamu ingin merusaknya dengan kelakuanmu yang nggak jelas itu…?!!!” Ibu tiri mulai mengomel.
“Sorry,deh,,!!!” Kata Vella acuh tak acuh.
“ Nggak sopan banget sih kamu. Sudah… sekarang kamu saya hukum. Kamar ini akan saya kunci sampai papamu pulang. Kamu dilarang makan ataupun minum. Jangan coba-coba melarikan diri. Dua satpam akan menjagamu di muka sana. Ingat kamu…?!!!” Bentak Ibu tiri.
“Orang Jahat…!!” Balas Vella dengan muka merah. Ibu tiri pun berlalu dan mengunci kamar itu.
Vella yang semula senang menjadi marah. Namun kini ia dapat menahan emosinya karena ia merasa ia akan bebas dari semua ini.
Keesokan harinya di rumah Vella..
“Non Vella, disuruh bapak makan bersama, Non.” Panggil Bi Nah.
Namun Vella tak menjawab sedikitpun. Bi Nah mencoba memanggilnya beberapa kali, namun tetap tak ada jawaban. Akhirnya Bi Nah membuka pintu kamarnya Vella. Ternyata pintu kamarnya tidak dikunci. Bi Nah mencari-cari Vella di dalam kamr itu, namun tetap tak ada. Bi Nah pun berteriak histeris.
“Tuan.. Nyonya… !!!” papa dan ibu tirinya Vella pun bergegas mendatanginya.
“Ada apa,Bi?” Tanya papahnya Vella.
“Non Vella tidak ada di kamarnya.”
“Apaa..!!?” Bentak ibu tiri.
“Kamu sudah cari ??”
“Sudah, Tuan. Tapi tetep tidak ada.”
“Ya, Ampun. Ngerepotin aja,sih pake kabur-kabur segala.” Desah ibu tiri.
Tak selang beberapa lama Handphone papanya Vella berbunyi. Ternyata ada sms dari Vella.
Pah,
Vella prgi k” rmh Winda.
Pah, Mf. Vella sdh dftarin diri sekolah d”singapur sm Winda.
N lusa Vella akan b’rngkt k’singapur.
Papah gk ush khwatir.. Vella bisa jg diri. Vella ingn k’tmu mamah.
Miss You, Dad
Setelah mendengar semua itu, sang ayah syok berat dan langsung pingsan. Ia merasa selama ini telah melakukan hal yang salah terhadap anak semata wayangnya itu. Hanya demi keselamatan perusahaannya, ia tega mengorbankan kebahagiaan anaknya. Ayah Vella pun dibawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit sang ayah sedang kritis melawan penyakit jantung yang sudah 3 tahun menggerogotinya, ibu tiri tidak mempedulikannya sedikitpun. Sampai di saat-saat papa Vella siuman. Ia memohon kepada anak buahnya untuk membuatkan surat cerainya dengan istrinya. Ia sudah tak peduli lagi dengan perusahaan dan kekayaannya. Yang ia pikirkan sekarang adalah keadaan anak gadisnya itu. Disaat sang ayah sedang kritisnya, Vella yang sekarang sudah bebas dari ibu tirinya merasa sangat gembira. Ia tak tau keadaan ayahnya yang lagi sekarat. Bersama dengan Winda, ia merayakan kemerdekaannya di sebuah asrama putri di Singapur. Kini ia merasa dapat sesuka hati melakukan apa saja tanpa harus dilarang oleh ibu tirinya. Ketika sedang asyiknya berpesta, ada panggilan masuk dari handphone Vella.
“Kenapa, Vel??” Tanya Winda.
“Papah gue nelpon.” Jawabnya. Ketika diangkat teleponnya, ternyata yang mengangkat bukan ayahnya, tapi orang kepercayaan ayahnya .
“Hallo..” terdengar suara tegas di sana.
“Iya, Hallo.” Jawab Vella.
“Vella.. Ini Om Anton.”
“Iya,Om. Ada apa?”
“Papamu,Vell. Papamu masuk rumah sakit. Karena serangan jantung.” Ucap laki-laki itu
.”Apaaaa, Om…! …!”Teriaknya bersama dengan isak tangisnya. Melihat sahabatnya menangis, Winda mencoba menenangkan Vella.
“Vella.. Kenapa, Vell?” Tanya Winda.
“Hiks..Hiks.. Papahku.. Papahku masuk rumah sakit, kena serangan jantung.” Jawab Vella tersedu-sedu. Mendengar semua itu, Winda terdiam. Ia merasa tidak berani berkata apa-apa kepada Vella. Ia takut, sahabatnya itu nanti jadi semakin sedih. Ia tau,pasti semua ini ada hubungannya dengan kepergian Vella ke sini.
Keesokan harinya…
Vella merasa bingung.. Ia harus memilih mencari ibunya di Singapur atau pulang ke Indonesia untuk menemui ayahnya.
Mungkin kali ini, Vella tidak bisa berpikir jernih. Ia lebih memilih ibunya yang belum tentu ia ketahui alamatnya dibanding ayahnya yang sedang sakit. Karena selama ini, ia berpikir ayahnya tidak mempedulikannya. Menurutnya ayahnya lebih memilih perusahaan daripada dirinya. Padahal anggapannya itu adalah salah besar.
Sudah tiga hari Vella mencari alamat tempat ibunya tinggal. Namun hasilnya tetap nol. Tidak seorang pun yang tahu alamat itu. Ibunya memang sering pindah-pindah tempat. Memang,sih. Ia sering diberitahu alamat ibunya tinggal melalui Telepon. Namun semenjak ibu pindah ke Singapur ia tidak pernah memberitahu alamat jelasnya. Yang diberitahu Cuma ia berada di Singapur. Itu pun rekan dekatnya yang menginformasikan.
Setelah lama kelamaan, ia mulai merasa putus asa. Selama ini ia sudah mengambil keputusan yang salah. Seharusnya saat itu, ia pulang ke Indonesia untuk merawat ayahnya yang sedang sakit. Sepanjang jalan, ia menyesali semua yang ia lakukan. Hingga sampai di sebuah stasiun. Pikirannya di buyarkan oleh sebuah teriakan seseorang yang tidak asing dengannya. Ia pun membalikkan wajahnya. Yang ia lihat adalah seorang wanita yang pakaiannya compang-camping dengan rambut acak-acakan seperti orang gila. Ia pun memberanikan diri mendekati wanita itu. Wanita itu terkejut melihat Vella. Sepertinya wanita itu mengenali Vella.
Vella pun mencoba mengenali wanita itu. Dan betapa terkejutnya ia. Ternyata wanita gila itu adalah ibunya sendiri.
“Mamah…” Ucapnya dengan tangis yang mulai timbul. Mendengar panggilan itu, wanita yang ternyata ibunya Vella itu pun tersenyum-senyum sambil mengeluarkan air mata.
“Mamah… Ini Vella. Anak mamah… Ini Vella, Mah… Ini Vella…” Rintihnya mencoba mengingatkan ibunya tentang dirinya.
“ Vella… Anakku??” Jawab wanita itu. Seakan-akan percaya dan tidak.
“Iya, Mah. Ini anak Mamah..”
“Anakku… ! Vella sayang..” Akhirnya wanita itu ingat tentang dirinya.
“Mah,, kenapa mamah jadi begini..??”
“Sayang.. Mamah kangen kamu!! “ Mendengar semua itu, Vella berhenti bertanya. Ia tau, ibunya belum bisa menjelaskan semua itu. Tapi sekarang ia berhasil bertemu ibunya. Dan yang ia harus ia lakukan sekarang adalah membawa pulang ibunya ke Indonesia untuk berobat lalu bertemu dengan ayahnya untuk meminta maaf.
Sesampainya di Indonesia..
Vella dan ibunya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ayahnya. Sesampainya di rumah sakit, betapa terkejutnya mereka, ketika melihat ayahnya sedang terbaring lemah di ruang ICU.
“ Om, bagaimana keadaan papah ??” Tanya Vella ke seorang laki-laki kepercayaan ayahnya.
“ Ayahmu koma, sudah empat hari ia tidak sadarkan diri.” Jawab laki-laki itu. Mendengar semua itu, Vella sangat menyesal telah meninggalkan papahnya. Sekarang, ia hanya bisa berdo’a agar ayahnya bisa sembuh dan dapat bersamanya kembali.
“ Om, kok ibu tiri gak ada??” Tanya Vella.
“ Ibu tiri sama Papahmu sudah bercerai. “ Jawab Om itu. Mendengar itu, Vella jadi semakin menyesal. Selama ini ia tidak bisa mengerti keadaan papahnya yang serba salah. Bahkan ia telah membuat papahnya sekarat. Vella pun tidak bisa menahan air matanya yang mulai berjatuhan. Diiringi oleh tangisan Ibunya.
“ Mah.. mamah gak apa-apa, kan??” Vella memulai pembicaraan dengan ibunya. Ia masih bingung, kenapa ibunya jadi stress begini.
“ Mamah menyesal telah meninggalkan kamu dan Papah.” Ucap Ibunya Vella. Kayaknya Ibu Vella mulai terbuka.
“ Tapi, Mah. Kenapa mamah nggak bilang ke aku kalau mamah pindah ke Singapur.”
“ Saat itu, mamah dipecat dari pekerjaan mamah. Selain itu, ketika mamah pindah ke Singapur, Mamah di tipu seseorang, ia menjanjikan mamah bekerja di sebuah perusahaan besar di Singapur dengan syarat uang muka sekitar 20 juta. Karena saat itu Mamah tidak bisa berpikir jernih, Mamah pun mengikuti syarat itu. Ternyata orang itu menipu mamah. Perusahaan itu ternyata sudah bankrut, sehingga semua uang mamah habis. Saat itu, Mamah pun menjadi depresi karena tidak punya uang lagi untuk menemuimu ke Indonesia. Akhirnya mamah menjadi stress berat, dan …” Mamah Vella tidak bisa melanjutkan ceritanya. Ia menangis sejadi-jadinya. Pada saat itu, keajaiban datang. Mendengar tangisan mamahnya Vella, ayahnya pun mulai sadar. Vella dan mamahnya pun bergegas masuk ke ruang ICU tempat ayahnya dirawat.
“ Papah…Maafin Vella!!” Ucap Vella sambil memegang tangan ayahnya.
“ Vella… “ Ucap ayahnya lemah.
“ Pah,, Mamah kangen Papah, jadi Mamah ke sini menjenguk papah.” Ucap Vella
“Mamah..” Kata Papahnya tersenyum kecil.
“ Iya, Pah. Maafin Mamah, ya! Selama ini Mamah sudah membiarkan Papah berjuang sendirian menjaga Vella.” Papah Vella pun terlihat bahagia.
Keluarga itu pun kembali bersatu . Tak beberapa lama, ayah Vella kemudian sembuh. Dan yang paling membuat mereka gembira adalah kabar baik tentang Perusahaan Papahnya Vella yang kemudian bisa berdiri lagi berkat bantuan Papahnya Winda yang mengajak Perusahaan papahnya Vella berkerjasama dengan perusahaannya. Ternyata Winda lah yang menyuruh semua itu kepada ayahnya.
Akhirnya keluarga Vella kembali bahagia seperti dulu lagi tanpa kehadiran nenek sihir. Vella pun kini dapat sesuka hati berteman dengan teman-temannya terutama dengan Winda. Kehidupan Vella menjadi indah kembali.
THE END
nice..
BalasHapus