Hi, mina-san.
aku balik dengan beberapa info mengenai dunia sastra. Sekadar sharing saja, karena sekaligus buat nyelesain tugas Bahasa Indonesia :)
Tentang unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik karya sastra prosa nih.
aku ngambil dari beberapa sumber yang akan dicantumkan di credit bawah post.
Langsung saja, yaa..
Unsur pembangun prosa terdiri dari struktur dalam atau
unsur intrinsik serta struktur luar atau unsur ekstrinsik.
Adapun unsur intrinsik prosa terdiri atas sebagai
berikut.
1) Tema, yaitu suatu yang menjadi pokok masalah atau
persoalan sebagai bahan karangan, yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh
pengarang. Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta
beberapa tema bawahan. Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek) hanya
memiliki tema utama saja.
Untuk dapat menentukan tema suatu cerita kita dapat
menempuh dengan jalan bertanya sebagai berikut.
a. Mengapa pengarang menulis cerita tersebut?
b. Apa tujuan pengarang menulis cerita tersebut?
c. Faktor apa yang menyebabkan atau menjadikan suatu
karangan bermutu dan berharga?
2) Amanat, yaitu pesan-pesan yang disampaikan oleh si
pengarang melalui cerita yang digubahnya. Si pengarang menyampaikan amanatnya
dengan dua cara, yaitu:
a. secara eksplisit (terang-terangan): pembaca dengan
mudah menemukannya; dan
b. secara implisit (tersirat/tersembunyi): untuk
menemukan amanat dalam hal ini, pembaca agak sukar menemukannya, terlebih dulu
pembaca hendaknya membaca secara keseluruhan isi cerita tersebut.
3) Alur/plot, yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang
dilukiskan pengarang dalam suatu cerita rekaan, terjalin satu dengan yang
lainnya. Alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
A. Alur umum, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut.
a) Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)
Eksposisi adalah proses penggarapan serta
memperkenalkan informasi penting kepada para pembaca. Melalui eksposisi,
seorang pengarang mulai melukiskan atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan
alam maupun tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut, serta
informasi-informasi yang akan diberikan pengarang kepada pembaca melalui uraian
eksposisi tersebut.
b) Komplikasi (Penampilan Masalah)
Komplikasi adalah adanya masalah yang terjadi di
antara para tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat, maupun tokoh
dengan suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.
c) Klimaks (Puncak Ketegangan)
Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai
pada puncaknya (meruncing).
d) Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)
Antiklimaks adalah suatu peristiwa yang ditandai
dengan menurunnya tingkat permasalahan yang terjadi pada tokoh.
e) Resolusi (Penyelesaian)
Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan
penyelesaian permasalahan di atara para tokoh cerita.
B. Berdasarkan cara menyusun tahapan-tahapan alur, maka
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Alur Lurus (Alur Maju/Alur Agresif), yaitu rangkaian
cerita dikisahkan dari awal hingga cerita berakhir tanpa mengulang kejadian
yang telah lampau.
b) Alur Sorot Balik (Alur Mundur/Alur Regresif/Flash
Back), yaitu kebalikan dari alur lurus. Rangkaian ceritanya mengisahkan
kembali tokoh pada waktu lampau.
c) Alur Campuran, yaitu gabungan antara alur maju dan alur
sorot balik.
C. Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam alurnya,
maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a) Alur Rapat, yaitu alur yang terbentuk apabila
alur pembantu mendukung alur pokoknya.
b) Alur Renggang, yaitu sebaliknya, alur yang terbentuk
apabila alur pokok tidak didukung oleh alur pembantu.
D. Berdasarkan kuantitasnya, maka dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut.
a) Alur tunggal, yaitu alur yang hanya terjadi pada sebuah
cerita yang memiliki satu jalan cerita saja, biasanya terjadi pada cerpen.
b) Alur ganda, yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita
yang memiliki jalan cerita lebih dari satu, biasanya ada pada novel.
4) Tokoh, yaitu pelaku di dalam cerita dan mengambil
peranan dalam setiap insiden-insiden. Tokoh terdiri atas sebagai berikut.
a) Tokoh Protagonis (Tokoh Utama/Tokoh Sentral), yaitu
tokoh yang paling berperan dalam cerita dan umumnya bersifat baik.
b) Tokoh Antagonis (Lawan Peran Utama), yaitu tokoh yang
menentang tokoh protagonis, umumnya memiliki sifat yang jahat.
c) Tokoh Komplementer (Pembantu), yaitu tokoh sampingan
yang berperan sebagai pembantu tokoh protagonis dan antagonis.
5) Penokohan (Perwatakan), yaitu watak atau karakter dari
para tokoh di dalam cerita. Adapun jenis penggambaran watak tokoh dapat
dilakukan dengan tiga metode, yaitu:
a) Metode analitik, yaitu pemaparan secara langsung
(eksplisit) watak atau karakter para tokoh dalam cerita, seperti; penyayang,
penyabar, keras kepala, baik hati, pemarah, dan lain sebagainya.
b) Metode dramatik, yaitu metode penokohan yang
dipergunakan pencerita dengan membiarkan para tokohnya untuk menyatakan diri
mereka sendiri lewat kata-kata, dan perbuatan mereka sendiri, misalnya lewat
dialog, jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, perbuatan, sikap tokoh, lukisan
fisik, dan sebagainya.
c) Metode kontekstual, yaitu cara
menyatakan watak tokoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya.
Jelasnya,
melukiskan watak tokoh dengan jalan memberikan lingkungan yang mengelilingi
tokoh, misalnya: kamarnya, rumahnya, tempat kerjanya, atau tempat di mana tokoh
berada.
Watak tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta
kepribadian tokoh. Penokohan dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b)
psikis, dan (c) sosial.
6) Latar (setting), yaitu mengenai lingkungan
(tempat/lokasi, waktu, dan suasana) terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita.
- Tempat : umpamanya
di rumah sakit, daerah wisata, di daerah
transmigran,
di kantor, di kamar tidur, di halaman,
dan lain sebagainya.
- Waktu :
tahun, musim, masa perang, suatu upacara, masa
panen, periode sejarah, dan sebagainya.
- Suasana : aman, damai,
gawat, bergembira, berduka/
berkabung, kacau, galau, dan sebagainya.
7) Sudut pandang (point of view), yaitu status
atau kedudukan si pengarang dalam cerita. Ada empat macam sudut pandang, antara
lain:
a) pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku utama
(pengarang = aku);
b) pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku sampingan;
c) pengarang berada di luar cerita sebagai orang ketiga;
dan
d) kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan
kadang-kadang di luar cerita.
8) Gaya Bahasa (Majas) disebut juga “langgam,
corak, bentuk, atau style bahasa” yaitu cara yang digunakan oleh si
pengarang untuk mengungkapkan maksud dan dan tujuannya baik dalam bentuk kata,
kelompok kata, atau kalimat. Jadi, gaya bahasa atau majas meliputi; kata, frasa
atau kelompok kata, kalimat (struktur) biasa/majas. Gaya bahasa atau majas
adalah ibarat kendaraaan bagi seseorang pengarang yang akan membawanya kemana
arah tujuan yang ingin ditujunya. Gaya bahasa atau majas merupakan faktor
dominan dalam karya prosa fiksi.
Unsur Ekstrinsik Karya Sastra Prosa
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari
luar aspek sastra, yang ikut membangun penyusunan suatu karya sastra.
Unsur-unsur luar ini meliputi:
1. Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik,
ekonomi);
2. Latar belakang kehidupan pengarang; dan
3. Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.
B. Unsur Ekstrinsik Karya Sastra
Menurut Welleck dan Warren (1956) bagian yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra adalah:
1. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi penciptaan sebuah karya sastra.
Contohnya adalah Emha Ainun Najib, ia adalah sastrawan yang berasal dari Jawa dan kental dengan kehidupan Jawa. Maka karya sastra ciptaannya tidak lepas dari kehidupan sosial dan budaya di Jawa.
2. Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
Keadaan psikologis pengarang pasti akan memberi warna yang berbeda dari sebuah karya sastra. Keadaan psikologis pengarang mempengaruhi pemilihan tema, bahasa dan alur cerita karya sastra. Hasil karya sastrawan muda pastilah berbeda dengan hasil karya sastrawan senior.
3. Keadaan lingkungan pengarang, baik sosial, ekonomi dan politik.
Menurut Welleck dan Warren (1956) bagian yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra adalah:
1. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi penciptaan sebuah karya sastra.
Contohnya adalah Emha Ainun Najib, ia adalah sastrawan yang berasal dari Jawa dan kental dengan kehidupan Jawa. Maka karya sastra ciptaannya tidak lepas dari kehidupan sosial dan budaya di Jawa.
2. Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
Keadaan psikologis pengarang pasti akan memberi warna yang berbeda dari sebuah karya sastra. Keadaan psikologis pengarang mempengaruhi pemilihan tema, bahasa dan alur cerita karya sastra. Hasil karya sastrawan muda pastilah berbeda dengan hasil karya sastrawan senior.
3. Keadaan lingkungan pengarang, baik sosial, ekonomi dan politik.
Contohnya adalah pada novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi yang
menceritakan tentang kehidupan sosial pesantren. Bagaimana menjalin pertemanan
yang berbeda asal daerahnya, serta perjuangan untuk meraih cita- cita.
Pengarang merupakan orang yang sudah mengetahui bahkan mungkin juga mengalami
kehidupan sosial yang ada di pesantren sehingga ia dapat dengan baik
menuangkannya dalam sebuah novel.
4. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama dan lain- lain.
Latar belakang keagamaan pengarang juga sangat berpengaruh pada penciptaan karya sastra. Contohnya saja adalah novel Ayat- Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
C. Mengidentifikasi Unsur Ekstrinsik pada Prosa
1. Unsur Ekstrinsik Pada Novel Siti Nurbaya
a. Sikap dan Pandangan Pengarang
Sikap dan pandangan pengarang bersifat tersirat dalam novel Siti Nurbaya. Dijelaskan bahwa kaum tua sangat mendominasi kaum muda. Kaum muda yang menantang kaum tua dianggap melanggar adat istiadat setempat, contohnya adalah kawin paksa yang dilakukan kebanyakan orang tua pada zaman tersebut.
b. Latar Belakang Masyarakat
Novel Siti Nurbaya menggambarkan masyarakat di daerah Minangkabau. Masyarakat Minangkabau terkenal dengan ketaatannya pada agama Islam, selain itu adat yang berkembang di sini adalah garis keturunan yang kuat dari kaum ibu atau istilah lainnya adalah matrilineal.
c. Keadaan Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Minangkabau memiliki keadaan ekonomi dan sosial yang cukup mapan. Masyarakat disana rata- rata memiliki tanah garapan sendiri untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari berupa perkebunan kelapa sawit. Mata pencaharian orang Minang adalah sebagai pedagang dan petani kelapa sawit.
d. Agama Pengarang
Pengarang novel Siti Nurbaya adalah orang asli dari Minangkabau. Masyarakat Minang memang terkenal dengan ketaatannya dalam memeluk agama Islam. Nama lengkap pengarang adalah Marah Halim Bin Sutan Abubakar.
e. Idealisme Pengarang
Idealisme yaitu pendirian yang kuat terhadap keyakinan, adat, pendidikan atau yang lainnya. Idealisme pengarang yang tersirat dalam novel Siti Nurbaya sebagai berikut:
1) Pengarang membuat karya sastra dengan maksud mendidik masyarakat yacng membacanya
2) Pengarang menganggap bahwa tidak selamanya kaum muda harus taat pada kaum tua.
4. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama dan lain- lain.
Latar belakang keagamaan pengarang juga sangat berpengaruh pada penciptaan karya sastra. Contohnya saja adalah novel Ayat- Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
C. Mengidentifikasi Unsur Ekstrinsik pada Prosa
1. Unsur Ekstrinsik Pada Novel Siti Nurbaya
a. Sikap dan Pandangan Pengarang
Sikap dan pandangan pengarang bersifat tersirat dalam novel Siti Nurbaya. Dijelaskan bahwa kaum tua sangat mendominasi kaum muda. Kaum muda yang menantang kaum tua dianggap melanggar adat istiadat setempat, contohnya adalah kawin paksa yang dilakukan kebanyakan orang tua pada zaman tersebut.
b. Latar Belakang Masyarakat
Novel Siti Nurbaya menggambarkan masyarakat di daerah Minangkabau. Masyarakat Minangkabau terkenal dengan ketaatannya pada agama Islam, selain itu adat yang berkembang di sini adalah garis keturunan yang kuat dari kaum ibu atau istilah lainnya adalah matrilineal.
c. Keadaan Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Minangkabau memiliki keadaan ekonomi dan sosial yang cukup mapan. Masyarakat disana rata- rata memiliki tanah garapan sendiri untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari berupa perkebunan kelapa sawit. Mata pencaharian orang Minang adalah sebagai pedagang dan petani kelapa sawit.
d. Agama Pengarang
Pengarang novel Siti Nurbaya adalah orang asli dari Minangkabau. Masyarakat Minang memang terkenal dengan ketaatannya dalam memeluk agama Islam. Nama lengkap pengarang adalah Marah Halim Bin Sutan Abubakar.
e. Idealisme Pengarang
Idealisme yaitu pendirian yang kuat terhadap keyakinan, adat, pendidikan atau yang lainnya. Idealisme pengarang yang tersirat dalam novel Siti Nurbaya sebagai berikut:
1) Pengarang membuat karya sastra dengan maksud mendidik masyarakat yacng membacanya
2) Pengarang menganggap bahwa tidak selamanya kaum muda harus taat pada kaum tua.
credit :
http://iwayanjatiyasatumingal.blogspot.com/
https://annissa999.wordpress.com/
https://destinakazuha.wordpress.com/