Sebenarnya, aku sulit melakukan ini. Aku hanya mengagumimu. Semua yang
kau miliki, kecerdasanmu, kedisiplinanmu, bahkan gerak-gerikmu. Mianhae... aku memang gak pernah berharap lebih. Tapi,
maukah kau menjadi sahabatku?
Jaebum menatap lekat-lekat surat beramplop biru
muda yang ia temukan di dalam laci mejanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya
sebentar, sesekali berdehem.
“Dasar Ms. X ....
Bagaimana aku bisa bersahabat denganmu? Namamu aja gak dicantumin”,
katanya sembari melipat kembali surat itu dan menyimpannya ke dalam tas ungu
bergambar Doraemon. Tanpa Jaebum sadari, ternyata di balik pintu kelasnya, ada
seorang siswi yang sedang mengintip. Siswi itu mencoba bersembunyi di balik
pintu besar bertuliskan kelas XII-IPA
2. Gerak-gerik siswi itu ternyata
diketahui juga oleh Sueki, sahabatnya Jaebum.
“Suzy, sedang apa kau di sini ? Kamu mau ketemu
sama Ji ?” tanya Sueki setengah menggoda.
Suzy jadi salah tingkah. Pipinya memerah, tangannya
bergetar-getar, dan tiba-tiba lari dengan cepat ke kelasnya. Jaebum terkejut
dan menghampiri Sueki.
“Ada apa, Suek ?”
“Murid lu, Jae. Gak tau kenapa? Tiba-tiba dia kabur
sendiri.” Jawab Sueki.
Jaebum berpikir sejenak. Apakah Suzy ada
hubungannya sama surat tadi ?
#
Bel di SMA Fillizo berbunyi 4 kali, tanda bahwa jam istirahat sudah
berakhir dengan kata lain ‘saatnya semua siswa masuk kelas dan belajar kembali’.
Terlihat seorang guru sedang mengobrol dengan
seorang siswi sambil berjalan menuju kelas Jaebum.
“Selamat siang semua! Di sini, Ibu bawa murid baru.
Silakan perkenalkan dirimu, Yoona.” Kata wali kelas XII-IPA 2.
“Annyeong, guys... Nama saya Im Yoon Ah.
Panggil saja Yoona. Saya pindahan dari Billboard Genie Senior High School,”
kata Yoona sambil tersenyum manis. Semua siswa, kecuali Jaebum serasa
terhipnotis dengan senyuman Yoona. Memang ! Karena Yoona salah satu model
populer yang mungkin sudah dikenal oleh semua siswa di Fillizo.
“Silakan kamu cari tempat duduk,” suruh Bu Wali.
Yoona memandangi sebentar seluruh siswa di kelas
itu. Matanya seakan tertarik oleh gaya magnet Jaebum yang kalem. Tanpa
basa-basi, ia kemudian memilih duduk di pojok nomor 3, sebelahan sama Jaebum. Yoona
mencoba berkenalan dengan Jaebum.
“Hay, bolehkah aku tahu siapa namamu?”
“Oh, namaku? Perkenalkan, aku Im Jae Bum.”
“Salam kenal Jaebum !” ujar Yoona tersenyum. Jaebum
ikut tersenyum, namun tak semanis saat tersenyum dengan Suzy.
Pelajaran hari itu adalah Matematika. Tak salah Suzy memilih Jaebum sebagai guru
lesnya, karena Jaebum lah yang menjadi kebanggaan guru matematika dan mungkin
guru Sains Fisika, Sains Astronomi, Bahasa Inggris, serta Teknologi . Selama 3
tahun di Fillizo, Jaebum tak pernah absen diikutkan lomba dan tak pernah
mengecewakan. Tentu saja, ia menjadi
idola di Fillizo.
Jaebum tak sengaja menunjukkan kelihaiannya dalam
menyelesaikan soal matematika. Sehingga, Yoona menjadi kagum dengan Jaebum.
“Omo... Jaebum ! Kau hebat sekali ! Selama
aku di sekolah, aku gak pernah ketemu siswa secerdasmu. “ Puji Yoona dengan
mata berkaca-kaca.
“Jangan terlalu memuji ”, ujar Jaebum merendahkan
diri.
“Not, Im serious! You’re perfect! Kalau
boleh, aku ingin memintamu menjadi guru les matematikaku. Kebetulan, aku sangat
lemah dalam pelajaran ini. Please ..”
pinta Yoona dengan senyumnya yang sangat indah.
“Apa?! Apa kamu yakin? Masalahnya, aku sudah punya
satu orang murid. Dan aku terlalu sibuk untuk menjadi pengajar dua orang murid”
ujar Jaebum.
“Kumohon!! Kalau tahun ini aku gak lulus ujian
matematika, aku bakal diasingkan papaku, dan otomatis karirku bakal hancur. Kumohon,
Jaebum....” Yoona mencoba menunjukkan bakat actingnya. Ia memasang wajah
memelas.
Berkat wajahnya yang cukup membuat orang kasihan, Jaebum
pun akhirnya menuruti kemauan Yoona. Betapa senangnya hati Yoona.
#
“Suzy...
tolong ambilkan alat peraga tengkorak di kelas XII-IPA 2, ya!” perintah
Hwarin, ketua kelas XII-IPA 1.
“Percuma, Rin ! Mana berani anak mami ini ngambil
tengkorak. Pikir dong, Rin...!” Ejek Sueki yang sekelas dengan Suzy.
Suzy memang sudah biasa dengan ejekan Sueki. Karena
baginya, Sueki itu bukan tukang ejek, tapi tukang cari masalah. Dan Suzy tidak
suka dapat masalah.
“Suek.. Suek.. Jangan berlagak gak tau, deh! Suzy
itu gak akan takut ke kelas sana. Di sana, kan, ada pangerannya. Haha.....”
ejek Hwarin. Suzy memang selalu diejek di kelasnya. Tapi, ejekan itu hanya
bersifat lelucon. Dan seisi kelas juga tahu hal itu. Jadi, Suzy merasa
enjoy-enjoy saja.
“Baiklah. Aku ambil.. tapi bisakah kalian berhenti
mengejekku?” Suzy memberanikan diri.
“Oh, tidak bisa...” Koor semua siswa serentak. Tawa
Sueki semakin menjadi-jadi. Karena
dialah yang paling bersemangat untuk membuat lelucon ke Suzy. Dan, menurut
gosip sekolah, ternyata Sueki itu pernah naksir sama Suzy.
Suzy pun beranjak pergi ke kelas XII-IPA 2 di mana alat peraga itu berada.
Sesampainya di sana, ia melihat Jaebum sedang asyik
ngobrol dengan seorang siswi baru yang tak dikenalnya. Entah apa yang mereka
bicarakan. Tapi, Jaebum kelihatan sangat akrab dengan siswi itu.
“Ehem... “ Suzy sengaja berdehem keras. Jaebum yang
dari tadi tak menyadari kedatangan Suzy tiba-tiba kaget.
“Suzy.. ada apa?” tanya Jaebum. Suzy hanya diam. Ia
tak mau menjawab ataupun bicara dengan Jaebum. Setelah mengambil alat peraga
itu, Suzy langsung pergi ke kelasnya. Sedangkan Jaebum masih bingung dibuatnya.
#
“Jaebum
bisakah aku ke rumahmu sekarang juga.
Aku mau
bertanya tentang soal-soal matematika tadi siang.
Boleh, ya?!”
Jaebum membaca SMS dengan isi yang sama ke 7
kalinya dari Yoona. Huh.. padahal ia masih ada di rumah Suzy. Ia tak mau
meninggalkan tanggung jawabnya sebagai guru les private Suzy. Tapi, Yoona terus
saja memaksa dan mengirim sms berkali-kali ke ponselnya. Dan itu, membuat acara
les Jaebum dan Suzy terganggu.
“Ada apa, Jae?” tanya Suzy heran melihat wajah Jaebum
yang gelisah.
“Apa ada masalah? Atau ada acara mendadak?” Lanjut Suzy.
“Mianhae,
Suzy. Kayaknya sampai di sini dulu, ya, pelajarannya. Aku harus pergi.” Ujar Jaebum.
“Baiklah. Jika itu memang penting.” Ujar Suzy.
Wajah Jaebum kelihatan sedikit menyesal, begitupun dengan Suzy yang kelihatan
kecewa. Dengan berat hati, Jaebum pulang ke rumahnya.
#
Semakin hari, hubungan Suzy dan Jaebum semakin
merenggang. Jaebum sering tak datang ke
rumah Suzy dengan alasan yang beragam. Saat les pun, Suzy tak bisa
berkonsentrasi. Ia merasa Jaebum tidak mempedulikannya lagi. SMS Jaebum jarang
dibalas oleh Suzy. Suzy merasa ia tak ada harganya di mata Jaebum.
Hingga suatu hari. Hari yang sangat berharga bagi Suzy,
karena pada hari itu, umurnya tepat 17 tahun. Papi dan Mami Suzy mengadakan
pesta besar-besaran. Namun, Suzy merasa risih dengan pesta itu. Tepatnya, ia
memang tidak bisa bergaul dan bersenang-senang saat pesta ulang tahun seperti
orang kebanyakan. Ia lebih menginginkan acara sederhana seperti syukuran dengan
mengundang para anak yatim ke rumahnya yang mewah itu. Dan tentunya, Jaebum
harus ada.
Namun, pada acara pesta itu, Jaebum malah tidak
hadir, justru Sueki yang hadir dan menghiburnya.
“Seungil
cukka hamnida, Suzy!” ucap Sueki sambil menyerahkan kado besar berwarna
biru muda. Bagaimana ia tahu warna kesukaan
Suzy?
“Gumawo, Suek. Emm.. Jaebum
gak datang? “ tanya Suzy.
Sueki kelihatan gelisah, dan mencoba mencari
kalimat yang tepat sebagai jawabannya.
“Ah... mungkin dia sedang sibuk. Dia kan memang
gitu, sibuk belajar buat UN sama latihan dance buat acara pentas seni tahunan.”
“Oh, segitu sibuknya kah, dia?” Suzy kelihatan
sangat kecewa.
“O ya. Dia menitipkan ini untukmu. Katanya, dia
minta maaf karena gak bisa hadir ke sini.” Ujar Sueki sembari menyerahkan kado
kecil dengan hiasan boneka rilakkuma yang mungil.
Suzy mengambilnya dan menyimpannya. Sepertinya, ia
lebih suka dengan kado kecil daripada kado besar.
Malam semakin larut dan pesta pun berakhir tanpa
kegembiraan di hati Suzy.
#
“Hey, katanya, dia kecelakaan, ya?” bisik Minai,
siswi di kelas Suzy yang kerjaannya tukang gosip, dan suka ikut campur urusan
orang.
“Ya gitu! Ditabrak. Tapi, gue pikir itu salah dia
juga, sih.. Dia kan yang ngebut sendiri.” Ujar temannya.
“Maybe.
Tapi, kasihan gue ngelihatnya. Kata sahabatnya, Sueki, dia lumpuh. Gak bisa
jalan. Apalagi gerak!”
“Terus.. gimana nasib pentas nanti? Dia kan dancer
terhebat dan yang bikin orang banyak nonton.”
“No comment.
Gue juga pusing!”
Suzy tak sengaja mendengar gosipan mereka. Ia
mencerna kalimat demi kalimat yang mereka ucapkan. Sahabat Sueki? Dancer
terhebat? Ia meneguk liur sejenak,
lantas mengambil kesimpulan bahwa orang
yang dibicarakan Minai adalah Jaebum.
Tanpa basa-basi, Suzy langsung pergi mencari Sueki
di habitatnya, Cafeteria.
“Sorry, Suek.
Aku mau nanya.” Ujar Suzy ngos-ngosan.
“Tenang, Zy. Ada apa, sih?”
“Kamu berangkat sekolah bareng Jaebum, gak, tadi?”
“Eh.. em, oh.. enggak.” Sueki rupanya agak
kesulitan mencari jawaban.
“Terus.. Jaebum hadir gak hari ini?” Tanya Suzy
cemas. Sueki kelihatan gelisah.
“Suek. Tolong jawab! Apa benar Jaebum kecelakaan?” Gertak Suzy.
“Mianhae, Suzy. 2 Hari yang lalu Jaebum memang
kecelakaan. Ketika itu ia pulang dari rumah Yoona.” Jawab Sueki terbata-bata.
“Yoona? Jadi, selama ini, dia benar-benar dekat sama Yoona. Ya ampun.. kenapa aku
jadi...“ perkataan Suzy cepat
dipotong Sueki.
“Sebentar, Zy! Jaebum itu gak punya hubungan apa-apa sama Yoona.
Jadi, Jaebum sering ke rumah Yoona itu karena... yaa.. karena dipaksa. Dipaksa oleh Yoona dan
papanya Yoona. Aku sendiri baru tahu
kalau papanya Yoona itu atasan ayahnya Jaebum. Mau tidak mau Jaebum harus menuruti perintah
papanya Yoona.....” Ujar Sueki. Terus dipotong oleh Suzy
“....dengan alasan menjadi guru les privatnya Yoona?
Namun, Yoona salah menafsirkan sifat care Jaebum. Kamu tahu sendiri, kan? Jaebum
itu selalu perhatian dengan muridnya. Mungkin itu yang membuat Yoona berpikiran
bahwa Jaebum menyukainya.” Lanjut Suzy.
“By the way, kamu juga menafsirkannya seperti itu, kan?”
goda Sueki. Pipi Suzy langsung berubah
menjadi merah padam.
“Nah, sore itu setelah les privat dengan Yoona
selesai, Jaebum berkeinginan untuk pulang segera karena ada urusan penting.
Bodohnya, Jaebum memberitahukan urusan penting itu ke Yoona. Akibatnya, Yoona
melarang keras Jaebum untuk pulang. Malah, ia mencari alasan agar Jaebum mau
ikut acara keluarganya di restoran. Ya pastilah, Jaebum gak mau. Karena urusan
itu sangat penting. Jaebum nekad pergi mengendarai motornya sambil
ngebut-ngebutan dengan Yoona yang mengejarnya dengan mengendarai mobil.” Ujar Sueki.
Suzy memotong lagi.
“Astaga, Jaebum!!
Mengapa ia senekad itu. Apa
urusan itu sangat penting?” ujar Suzy sedikit terisak dan mulai meneteskan air
mata.
“Engg.. nanti kau juga akan tahu. Jadi, karena di
kejar, Jaebum jadi ngebut gak jelas. Sebenarnya, Jaebum itu gak jago ngebut.
Tapi hari itu, ia nekad ngebut. Karena beban pikiran yang banyak, konsentrasi Jaebum
buyar. Naas, Jaebum menabrak mobil
gerbong. Parahnya lagi, mobil Yoona ikut tertabrak mobil gerbong itu. Ibunya
Jaebum menghubungi aku, dan aku segera ke rumah sakit menemui Jaebum. Sesaat ketika Jaebum masih sadar, dia
menitipkan kado untukmu.”
“Kamu jahat, Suek Kenapa baru sekarang kamu
memberitahukannya ke aku?” Suzy agak kecewa. Emm. Mungkin sangat KECEWA.
“Mian, Suzy. Jaebum melarangnya. Katanya, nanti
persiapanmu buat ujian nasional rusak gara-gara kondisinya yang sekarang.”
Kini tangisan Suzy tak terbendung. Sueki jadi
kasihan dengannya. Walaupun masih ada rasa cemburu terhadap sahabatnya, Jaebum.
Suzy memohon agar setelah pulang sekolah Sueki bisa mengantarkannya ke rumah
sakit tempat Jaebum di rawat.
#
Setibanya di depan pintu kamar di mana Jaebum
berada, Suzy agak merasakan sedikit nervous.
Entahlah.. Suzy memang sedikit
pemalu.
“Assalamualaikum, Jaebum.” Salam Sueki sambil
mengetok pintu.
“Waalaikumsalam. Silakan masuk. “ Jawab seorang
wanita yang kira-kira sudah menginjak 40 tahun-an tapi sangat cantik membukakan
pintu dan mempersilakan mereka masuk.
“Kamsahmida” Ujar Suzy.
“Eh, Sueki.. Suzy juga datang?” Tanya wanita yang sebenarnya ibu Jaebum. Ia memang sudah
kenal dengan Suzy, karena katanya Jaebum sering menceritakan Suzy kepada
ibunya itu.
“Ibu keluar sebentar, ya. Mau tebus resep. Silakan
duduk-duduk dulu. Jaebum masih tidur. Mungkin gara-gara obat bius tadi.” Kata
Ibu Jaebum ramah dan langsung ke luar.
“Suzy, aku mau cari minum dulu, ya.” Sueki
ikut-ikutan ke luar. Ada udang di balik nasi.
Kini tinggal Suzy yang menemani Jaebum. Suzy
menatap lekat-lekat Jaebum. Ada sedikit luka di pelipis Jaebum. Serta kondisi
kaki yang sedang diperban.
“Annyeong, Suzy...”
mata Jaebum mulai terbuka. Rupanya pengaruh obat bius itu sudah hilang.
“Maaf, Jaebum. Baru sekarang aku menjengukmu.” Ujar
Suzy, cukup sulit mengatakannya.
“Seharusnya aku yang minta maaf. Aku gak memberitahumu
soal ini.” Jaebum berkelit.
“Ehm.. katanya kamu tabrakan juga sama mobilnya Yoona?
Terus, sekarang Yoona ada di mana?”
“Aku masih belum bisa mengingat kejadian kemarin.
Tapi, Ibu bilang, Yoona ada di ruang ICU. Aku juga belum bisa menjenguknya. Aku
masih gak bisa mentoleran sikapnya kemarin. Gara-gara dia, aku gak bisa datang
ke acara pesta ulang tahunmu. Mianhae, Suzy” Ujar Jaebum pelan, karena masih
dalam keadaan lemah.
Suzy tersentak. Ia terdiam beberapa menit. Entah,
memikirkan apa? Yang pasti ada hubungannya dengan ucapan Sueki yang bilang
bahwa Jaebum nekad ngebut untuk menghadiri acara penting.
“Mianhae, Jaebum. Kenapa terlalu dipaksakan? Jika Yoona
memang melarang kamu datang ke acara itu, lebih baik kamu gak usah nekad
ngebut-ngebutan. Aku gak mau, kamu sakit di detik-detik menjelang Ujian
Nasional ini. Aku gak mau Jaebum, bintang sekolah, gak lulus gara-gara muridnya
sendiri.” Suzy sedikit menitikkan air mata.
“Aku juga gak mau, Suzy, seorang siswi yang punya
mimpi besar, gak lulus gara-gara gurunya sendiri.” Jaebum memperlihatkan
senyumannya untuk menghibur Suzy.
“Jaebum, aku merasa bersalah atas kejadian ini.”
Ujar Suzy menghentikan tangisannya.
“Iya aku tahu. Oleh karena itu, kamu harus
bertanggung jawab.” Sahut Jaebum. Suzy heran, lantas menatap Jaebum dengan
penuh penasaran.
“Kamu harus membayarnya dengan menjadi siswa
terbaik di sekolah pada Ujian Nasional tahun ini. Simpel, kan?”
“Omo?! Simpel ? Itu tanggung jawab besar menurutku.
Mana mungkin, seorang Suzy bisa mengalahkan Jaebum. Aku gak bisa, karena aku
tahu, kamu yang akan jadi siswa terbaik itu!” Seru Suzy menaikkan alisnya.
“Aku akan mengalah untukmu. Karena menurutku, orang
yang tekun itu akan mengalahkan semua lawannya, walaupun lawannya itu sangat
cerdas. Ketekunan itu kuncinya...! Kunci keberhasilan.” Ujar Jaebum
menyemangati Suzy
“Tapi, bagaimana pun besarnya ketekunan itu, kalau
memang gak bisa, mau diapakan? Aku juga gak mau, ratingmu sebagai siswa teladan
menurun. Dan... bukankah itu akan membuat penyesalanku bertambah? Karena... gara-gara aku, kamu rela mengalah
untuk menjadi alumni terbaik.” Ryu agak memkeras ucapannya. Sesaat kemudian, ia
melihat sebuah gelang di pergelangan tangan Jaebum. bracelet ?
“Jae, gelang itu?
Mirip sekali dengan punyaku. Hadiah yang kamu berikan saat ulang tahunku
kemarin.” Ujar Suzy sambil melirik gelang yang dipakai Jaebum.
“Ya, memang. Aku sengaja membeli gelang couple ini
untuk kita berdua...” Jaebum menarik pergelangan tangan Suzy lantas
mendekatkannya dengan pergelangan tangannya.
“Nah, lihatkan. Gelang kita sama-sama mempunyai
initial SJ. “ ujar Jaebum.
“Apa artinya?” Tanya Suzy.
“Yang pasti bukan Super Junior ”
“ Tapi....
Suzy-Jaebum” Sambung Jaebum tersenyum.
Suzy ikut tersenyum, hatinya berbunga-bunga, dan tiba-tiba ia melihat pelangi
di mata Jaebum.
“Aku ingin gelang ini menjadi kenangan setelah kita
lulus dan pisah universitas nanti.” Lanjut Jaebum.
Suzy meneteskan air matanya. Ia sangat bersyukur
bisa mengenal Jaebum. Guru terbaik-baik-baik-baik dan sempurna menurutnya.
“Jae, aku memutuskan untuk memilih universitas yang
sama denganmu. Aku gak ingin berpisah dengan guru terbaikku. Aku ingin kamu
selalu ada di dekatku, selalu menjadi inspirasiku.” Ujar Suzy.